Mengapa Aku Harus Menikahimu?
Ini adalah kisah seorang pemuda tampan yang shalih dalam memilih calon
istri, kisah ini tak bisa dipastikan fakta atau tidak, namun semoga
pelajaran yang ada didalamnya dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama
Muslimah yang belum menikah semoga menjadi renungan.
Ia sangat tampan, taat (shalih), berpendidikan baik, orangtuanya menekannya untuk segera menikah.
Mereka, orangtuanya, telah memiliki banyak proposal yang datang, dan
dia telah menolaknya semua. Orangtuanya berpikir, mungkin saja ada
seseorang yang lain yang berada di pikirannya.
Namun setiap kali orangtuanya membawa seorang wanita ke rumah, pemuda itu selalu mengatakan "dia bukanlah orangnya!"
Pemuda itu menginginkan seorang gadis yang relijius dan mempraktekkan
agamanya dengan baik (shalihah). Suatu malam, orangtuanya mengatur
sebuah pertemuan untuknya, untuk bertemu dengan seorang gadis, yang
relijius, dan mengamalkan agamanya. Pada malam itu, pemuda itu dan
seorang gadis yang dibawa orangtuanya, dibiarkan untuk berbicara, dan
saling menanyakan pertanyaan satu sama lainnya, seperti biasa.
Pemuda tampan itu, mengizinkan gadis itu untuk bertanya terlebih dahulu.
Gadis itu menanyakan banyak pertanyaan terhadap pemuda itu, dia
menanyakan tentang kehidupan pemuda itu, pendidikannya, teman-temannya,
keluarganya, kebiasaannya, hobinya, gaya hidupnya, apa yang ia sukai,
masa lalunya, pengalamannya, bahkan ukuran sepatunya…
Si pemuda
tampan menjawab semua pertanyaan gadis itu, tanpa melelahkan dan dengan
sopan. Dengan tersenyum, gadis itu telah lebih dari satu jam, merasa
bosan, karena ia sedari tadi yang bertanya-tanya, dan kemudian meminta
pemuda itu, apakah ia ingin bertanya sesuatu padanya?
Pemuda
itu mengatakan, baiklah, Saya hanya memiliki 3 pertanyaan. Gadis itu
berpikir girang, baiklah hanya 3 pertanyaan, lemparkanlah.
Pemuda itu menanyakan pertanyaan pertama:
Pemuda: Siapakah yang paling kamu cintai di dunia ini, seseorang yang dicintai yang tidak ada yang akan pernah mengalahkannya?
Gadis: Ini adalah pertanyaan mudah, ibuku. (katanya sambil tersenyum)
Pertanyaan ke-2
Pemuda: Kamu bilang, kamu banyak membaca Al-Qur'an, bisakah kamu memberitahuku surat mana yang kamu ketahui artinya?
Gadis: (Mendegar itu wajah si Gadis memerah dan malu), aku belum tahu
artinya sama sekali, tetapi aku berharap segera mengetahuinya insya
Allah, aku hanya sedikit sibuk.
Pertanyaan ke-3
Pemuda:
Saya telah dilamar untuk menikah, dengan gadis-gadis yang jauh lebih
cantik daripada dirimu, Mengapa saya harus menikahimu?
Gadis:
(Mendengar itu si Gadis marah, dia mengadu ke orangtuanya dengan marah),
Aku tidak ingin menikahi pria ini, dia menghina kecantikan dan
kepintaranku.
Dan akhirnya orangtua si pemuda sekali lagi tidak
mencapai kesepakatan menikah. Kali ini orangtua si pemuda sangat marah,
dan mengatakan "mengapa kamu membuat marah gadis itu, keluarganya sangat
baik dan menyenangkan, dan mereka relijius seperti yang kamu inginkan.
Mengapa kamu bertanya (seperti itu) kepada gadis itu? beritahu kami!".
Pemuda itu mengatakan, Pertama aku bertanya kepadanya, siapa yang
paling kamu cintai? dia menjawab, ibunya. (Orangtuanya mengatakan, "apa
yang salah dengan itu?") pemuda itu menjawab, "Tidaklah dikatakan
Muslim, hingga dia mencintai Allah dan RasulNya (shalallahu'alaihi wa
sallam) melebihi siapapun di dunia ini". Jika seorang wanita mencintai
Allah dan Nabi (shalallahu'alaihi wa sallam) lebih dari siapapun, dia
akan mencintaiku dan menghormatiku, dan tetap setia padaku, karena cinta
itu, dan ketakutannya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan kami akan
berbagi cinta ini, karena cinta ini adalah yang lebih besar daripada
nafsu untuk kecantikan.
Pemuda itu berkata, kemudian aku bertanya,
kamu banyak membaca Al-Qur'an, dapatkan kamu memberitahuku arti dari
salah satu surat? dan dia mengatakan tidak, karena belum memiliki waktu.
Maka aku pikir semua manusia itu mati, kecuali mereka yang memiliki
ilmu. Dia telah hidup selama 20 tahun dan tidak menemukan waktu untuk
mencari ilmu, mengapa Aku harus menikahi seorang wanita yang tidak
mengetahui hak-hak dan kewajibannya, dan apa yang akan dia ajarkan
kepada anak-anakku, kecuali bagaimana untuk menjadi lalai, karena wanita
adalah madrasah (sekolah) dan guru terbaik. Dan seorang wanita yang
tidak memiliki waktu untuk Allah, tidak akan memiliki waktu untuk
suaminya.
Pertanyaan ketiga yang aku tanyakan kepadanya, bahwa
banyak gadis yang lebih cantik darinya, yang telah melamarku untuk
menikah, mengapa Aku harus memilihmu? itulah mengapa dia mengadu, marah.
(Orangtua si pemuda mengatakan bahwa itu adalah hal yang menyebalkan
untuk dikatakan, mengapa kamu melakukan hal semacam itu, kita harus
kembali meminta maaf). Si pemuda mengatakan bahwa Nabi
(shalallahu'alaihi wa sallam) mengatakan "jangan marah, jangan marah,
jangan marah", ketika ditanya bagaimana untuk menjadi shalih, karena
kemarahan adalah datangnya dari setan. Jika seorang wanita tidak dapat
mengontrol kemarahannya dengan orang asing yang baru saja ia temui,
apakah kalian pikir dia akan dapat mengontrol amarah terhadap suaminya??
Pelajaran akhlak dari kisah tersebut adalah, pernikahan berdasarkan:
Ilmu, bukan hanya penampilan (kecantikan)
Amal, bukan hanya berceramah atau bukan hanya membaca
Mudah memaafkan, tidak mudah marah
Ketaatan/ketundukan/keshalihan, bukan sekedar nafsu
Dan memilih pasangan yang seharusnya:
Mencitai Allah lebih dari segalanya
Mencintai Rasulullah (shalallahu ‘alai wa sallam) melebihi manusia manapun
Memiliki ilmu Islam, dan beramal/berbuat sesuai itu.
Dapat mengontrol kemarahan
Dan mudah diajak bermusyawarah, dan semua hal yang sesuai dengan ketentuan Syari'at Islam.
(copas, sumber tdk tahu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar